Bukan Pilihan Ganda

Ini tentang kegelisahan yang mendera. Tentang sebuah rasa miris yang ada. Tentang fenomena yang sesat. Tentang setan yang merusak moral manusia. Tentang kekeliruan yang ada di sekitar. Tentang karakter yang ternoda. Tentang mimpi yang harus diwujudkan. Tentang pola pikir yang harus diluruskan. Tentang senjata yang paling berbahaya. Ini memang terlalu abstrak. Ini tentang nilai kejujuran yang telah ternoda.


Saya kesal sekesal-kesalnya. Saya sedih sesedih-sedihnya. Saya jengkel. Saya marah. Kecewa. Bosan. Kemudian saya sering bertanya-tanya, “Benarkah kejujuran sudah mulai kita pandang sebelah mata?”

Kali ini nilai kejujuran telah memudar. Sebuah modal dasar untuk hidup. Untuk membangun diri, lingkungan, dan bangsa ini. Kejujuran yang mestinya ditempatkan di tempat paling tinggi di mata kita. Yang seharusnya kita tulis di kening-kening kita. Yang sebenarnya harus kita tanam dalam-dalam di dada-dada ini. Ini sikap.

Biarkanlah api ini meledak. Biarkan. Biarkanlah ini menjadi balasan atas kejujuran yang disepelekan. Biarkanlah ini menjadi tameng yang mementalkan serangan-serangan itu. Biarkan seperti itu dan aku membangkang. Supaya mereka tahu ini adalah yang harus dijaga kesuciannya.

Ini sudah kronis. Ini harus diobati supaya tak menjadi penyakit pasar yang menular. Ini harus dicegah, supaya tak menjangkit generasi setelah kita. Ini penyakit berbahaya yang tak banyak manusia sadari. Hilangnya esensi dari sebuah kejujuran.

Saya memohon maaf apabila ada yang tersinggung atau bahkan subjeknya masuk dalam tulisan ini. Saya hanya mengalami kegelisahan. Saya hanya ingin sekedar mengajak semuanya untuk menyadari bahwa ini merupakan suatu hal yang cukup krusial yang mesti dibenahi mulai dari kita bersama.

Ketika itu dalam sebuah kegiatan keakraban, permainan kecil-kecilan. Saya melihat dengan kedua bola mata ini, teman di depan saya melakukan sebuah trik dengan tujuan bertahan dan menguntungkan dia. Saya peka. Saya tanya mengapa dia berbuat demikian. Dia tersenyum dan mengatakan sesuatu kepada saya. Dia mengataan bahwa,  " Seandainya saya berada di posisi dia, mungkin saya akan berbuat hal yang sama". Saya hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum. Saya mungkin saja melakukan apa yang dia katakan, tapi saya memilih tidak bila posisi itu terjadi pada saya, Insyaallah. Mungkin ini adalah sebuah permainan, menggunakan sedikit trik-trik tidaklah bermasalah, tetapi saya sedang mencoba menerapkan prinsip saya, mempertahankan kejujuran dari hal terkecil, termasuk dalam sebuah permainan hiburan.

Di momen lain saya mendengar percakapan yang bagi sebagian orang ini biasa saja, tapi bagi saya ini menarik untuk diambil pelajaran. Seorang kakak berucap pada adiknya bahwa dia tak bisa menemani adiknya untuk mengobrol karena katanya dia mau mengerjakan tugas atau satu dua hal lain. Padahal… sudah dapat ditebak, dia berusaha menghindar. Kemudian sang adik bertanya mengenai kakaknya yang lain. Kakak yang lain itu seolah meminta untuk berkilah bahwa dirinya sedang tertidur. Saya tahu niat kedua kakak ini adalah baik, menolak tapi tidak ingin melukai hati sang adik maka memilih untuk menciptakan alasan yang bisa diterima walaupun berbeda dengan kenyataannya. Saya mengerti. Namun, tidak adakah cara menolak yang tetap menjunjung kejujuran tanpa melukai hati?. 

Miris. Lagi-lagi penodaan itu terjadi di sekitar saya. Terjadi di depan mata saya dan di tengah-tengah area dengar saya. Ini memang hanya sebagian kecil, saya yakin masih banyak fenomena seperti ini. Bahkan, lebih besar.

Kejujuran adalah salah satu yang benar-benar ingin saya jaga. Karena bagi saya, ini modal terbesar untuk membangun diri hingga bangsa. Tentunya generasi kita, generasi saya dan anda tak ingin lagi mendengar korupsi dan segala tektek bengeknya yang busuk. Ya, awalnya adalah ini.

Dulu ketika kecil, ketika saya masih sekolah di madrasah, saya diajarkan sebuah hadits mengenai pentingnya mengatakan sebuah kebenaran. “Qulil haq walau kaana murran.” Yang artinya, “Katakanlah kebenaran walaupun terasa pahit.” Inilah yang sampai sekarang masih saya pegang, karena saya percaya bahwa ini memang harus dijaga. Prinsip-prinsip seperti ini yang harus ditanamkan. Bukan hanya untuk diri yang lebih baik, tetapi juga orang lain. Dan saking pentingnya menjaga kejujuran, Rasulullah bahkan mengajak kita untuk berkata jujur meskipun saat bercanda. Fakta lain adalah bahwa kita diperbolehkan berbohong hanya disaat-saat tertentu, salah satu contohnya ketika tujuan berbohong itu adalah untuk menyelamatkan orang lain dari pembunuhan.

Saya memang bukan orang yang suci. Saya hanya mencoba untuk tetap konsisten dalam hal kejujuran. Ingatkan saya jika saya telah keluar jalur. Juga, saya ingin mengajak untuk membiasakan ini, sosialisasikan ini. Hingga akhirnya terjadi suasana yang kita semua harapkan. Dunia, bangsa, dan diri yang bersih, nyaman karena kita senantiasa menjunjung kejujuran

Ayolah kawan, mulai dari saat ini. Mulai dari diri kita, orang-orang sekitar kita, dan semuanya. Anak-anak cucu kita juga. Kita buktikan generasi ini adalah generasi yang ingin terus belajar untuk menjadi lebih baik.

Kejujuran adalah satu pilihan. Bukan pilihan ganda.